Selamat datang di blog KJB! Selamat Anda telah mendapat peunjuk dari Tuhan sehingga diarahkan menuju webblog ini, Anda orang yang terpilih

Klik to Chat Admin

Saturday, December 19, 2015

ALAM SEMESTA BERLAPIS


ALAM FISIK
Secara kasat mata, kita menganggap kehidupan hanyalah sebatas apa yang kita lihat dan sentuh. Alam fisik, benda-benda yang dapat disentuh dengan jari, diraba dan dirasakan teksturnya. Warna-warni yang dapat diidentifikasi oleh mata fisik, cahaya dan gelap dalam pergantian siang dan malam. Kekayaan rasa yang direspon lidah dan hidung, sedap, asin, asam, manis, pahit, getir, kesat, wangi, bau, badeg, tengik, dan sebagainya. Apa yang kita dengar seperti bunyi yang mengandung informasi, keindahan bunyi , buatan maupun alami, karya seni, dan sebagainya.

Indera kita dapat mengidentifikasi apa yang kita rasakan dalam kehidupan fisik ini untuk kemudian direspon, ditanggapi, diperlakukan bagaimanakah selanjutnya? Disikapi seperti apa?. Bisa sekedar dinikmati, diproduksi ulang untuk kesejahteraan dan kebahagiaan, untuk disyukuri dalam bentuk ritual maupun non ritual sebagai tanda terimakasih kepada Yang Maha Kuasa.

Indera kita sesungguhnya ada juga dalam entitas yang lain yang tidak dijelaskan secara terang-terangan dalam kitab suci sekalipun. Kalau pun ada akan ditutup-tutupi dan dialihkan pembahasannya.

Apa yang dapat kita respon dan rasakan dari kehidupan sesungguhnya masuk ke dalam jiwa, ruh. Disanalah letak akal kita, ada dalam jiwa dan ruh. Bahwa manusia tidak hanya berwujud fisik, melainkan juga non-fisik, batin, ruh, jiwa. Selama ini kebanyakan dari kita terlalu perhatian pada jasad fisik sehingga unsur jiwa berpotensi terabaikan. Sebenarnya penyeimbangan itu ada dalam konteks turunnya ajaran-ajaran dari apa yang kita sebut sebagai agama. Namun pada kenyataannya, setiap ajaran agama, terus mengalami distorsi, penyimpangan yang telah direncanakan, tentu dengan tujuan agar manusia tidak menemukan hakekat dirinya yang sejati. Karena diri sejati inilah yang akhirnya akan memiliki kesempurnaan pemahaman tentang kehidupan. Bahkan kehidupan multidimensional.

DIMENSI RUH
Jiwa manusia tidaklah hidup di alam fisik semata, melainkan di alam non-fisik, yaitu alam non fisik yang berlapis-lapis itu. Alam fisik yang sedang kita jalani sekarang berada di dimensi ke-3. Maka, jika kita terlalu fokus pada tubuh fisik, kita akan terhambat di dimensi ke-3 saja. Alam semesta di dimensi lainnya sudah diinformasikan di dalam kitab-kitab suci agama-agama, yang juga dialami dan dikunjungi oleh para pelaku spiritual. Kita sering mendengar orang-orang yang diberi anugrah luar biasa. Misalnya seorang tak pernah shalat jumat karena setiap jumat ia berada di Mekah. Atau seseorang bermimpi pergi ke langit ke tujuh dan bertemu dengan tokoh-tokoh, bahkan bukan mimpi. Lain lagi seseorang dapat mengobati penyakit dengan cara yang tidak lazim, misalnya hanya dengan mengobrol dan bercengkerama, dan ketika pulang sudah sembuh. Maka hal itu semua menandakan adanya berbagai rahasia kehidupan yang tersimpan di kehidupan dimensi lain.

Menurut informasi dari beberapa "channeling" dengan metode mediumisasi yang penulis saksikan langsung, bahwa mereka yang telah mati, berpindah ke dimensi lain, menjalani kehidupan yang sama, menjalani tugas yang sama, menjalani struktur sosial yang sama. Penulis mengidentifikasi kehidupan tersebut sebagai kehidupan di dimensi ke-4. Dimensi kehidupan lain yang tempatnya berada di dimensi ke-3 juga, fisiknya disini, namun tak kasat mata.

MENAIKKAN KESADARAN
Memang ada juga entitas lain yang diciptakan di dimensi sana dengan bentuk-bentuk yang tidak ada di dimensi sini. Mereka yang tidak terfikirkan oleh kita ternyata ada disana. Seperti dalam dongeng, mitos, cerita rakyat, legenda. Memang betul keberadaannya. Mereka adalah masyarakat yang beraneka ragam, bahkan mereka juga ada yang tidak saling mengenal. Persoalan ini sebenarnya terkait dengan pemahaman kehidupan secara universal. Misalnya diantara kita tentu ada orang-orang yang cara berfikirnya berdasarkan pengelompokan, golongan-golongan. Baik golongan berdasarkan agama, status sosial, dan sebagainya. Di dimensi sana juga akan terbawa jika saat kita mati masih dalam pemahaman yang demikian. Maka hendaknya pemahaman seperti itu segera ditinggalkan untuk agar kita bisa naik ke pemahaman yang universal, memahami perbedaan, untuk mendapatkan pemahaman ke-Satu-an. Itulah universalitas yang dimaksud untuk memahami bagaimana Yang Maha Kuasa adalah Maha Esa, yang menciptakan segala hal yang kita kenal, maupun yang tidak kita kenal. Agar kita menjadi bijaksana, dan memahami bagaimana pengabdian yang baik itu dilakukan untukNya.

Untuk memasuki kehidupan multidimensional,  kita harus memulainya dengan memerdekakan diri dari berbagai kontrol (kendali) dari berbagai pihak terhadap diri kita. Termasuk dari diri kita sendiri, itu karena dalam diri kita terdapat ego, nafsu, riya, yang bisa menghalangi kita masuk ke dimensi yang lebih tinggi. Itulah yang pertama, merdeka dari diri sendiri. Dengan demikian kita akan bisa menerima kehidupan seperti yang kita alami sekarang, tidak menolak, tidak marah-marah, tidak dendam, terhindar segala sifat negatif akibat dari segala hal yang menimpa kita.

Inilah langkah awal menuju kebangkitan kesadaran manusia.
Selamat mencoba!

No comments:

ikuti blog ini

Follow My Blog

Popular Posts

KARYA KITA