Virus Corona atau Covid-19 telah ditetapkan sebagai pandemik. Wabah
penyakit yang berasal dari Wuhan, China, itu kini telah menyebar di 157
negara per 16 Maret 2020. Di Indonesia tecatat 117 positif, 8 sembuh,
dan 5 meninggal dunia.
Sejarah telah mencatat, Indonesia tidak kebal terhadap wabah penyakit
menular. Sebut saja flu Spanyol tahun 1918 telah membunuh 1,5 juta
penduduk Indonesia. Jauh sebelumnya, pada abad ke-17, wabah penyakit
menular juga melanda Jawa yang mengakibatkan kematian dalam jumlah
besar.
H.J. de Graaf, ahli Jawa kuno, dalam Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung, menyebut
setelah Surabaya menyerah, tampak kemunduran dalam kegiatan militer
Susuhunan (Sultan Agung). Kecuali disebabkan oleh perluasan keraton dan
keletihan oleh kerja keras selama tahun-tahun sebelumnya, kemunduran ini
juga akibat penyakit menular. Dalam laporan ke Negeri Belanda tanggal
27 Oktober 1625 telah diberitakan bahwa rakyat mengalami cobaan berupa
“kematian, peperangan, kelesuan, bahan makanan yang mahal, dan pajak
yang berat di seluruh tanah Jawa”.
Laporan itu menyebutkan penyakit menular itu mengakibatkan sepertiga
penduduk di Banten meninggal dunia dalam lima bulan. Di Batavia ada
beberapa anggota Kristen meninggal dunia karena penyakit ini. Di Cirebon
dalam musim kemarau lebih dari 2.000 orang meninggal dunia. Di Kendal,
Tegal, Jepara, dan semua tempat pantai sampai Surabaya, demikian pula di
beberapa daerah pedalaman, orang yang meninggal dunia tidak dapat
dihitung.
De Graaf mencatat bahwa penyakit masih merajalela pada tahun 1626. Di
banyak tempat dua pertiga dari penduduk tewas disebabkan penyakit yang
luar biasa ini. Kematian juga karena kerja paksa sehingga pertanian
mengalami kemunduran besar, sawah-sawah yang subur menjadi gersang. Pada
1627, banyak penduduk meninggal dunia karena wabah penyakit dan perang
saudara. Beberapa tempat perdagangan di pantai laut ditinggalkan,
pertanian sangat mundur, dan yang selamat dari wabah penyakit menjalani
hidup dalam kemiskinan.
Sementara itu, sejarawan Claude Guillot menyebut dengan jelas
penyakit itu adalah pes. “Menurunnya jumlah penduduk [Banten] diperparah
lagi dengan adanya wabah hebat penyakit pes tahun 1625 yang merenggut
nyawa sepertiga jumlah penduduknya,” tulis Guillot dalam Banten: Sejarah dan Peradaban Abad X–XVII.
Jumlah penduduk Kesultanan Banten antara 80.000 sampai 100.000 orang
di pengujung abad ke-16, dan meningkat selama satu dasawarsa berikutnya
sampai tahun 1609. Mulai tahun itu, jumlahnya mulai berkurang seiring
pergantian pemerintahan yang mengekang kekuasaan para saudagar.
Penurunan jumlah penduduk paling parah disebabkan oleh wabah pes.
Sekitar tahun 1630, jumlah penduduknya menyusut drastis, kemungkinan
besar tak lebih dari 50.000 orang.
Menurut sejarawan Yuval Noah Harari dalam Homo Deus: Masa Depan Umat Manusia,
wabah paling terkenal yang dinamai Maut Hitam (Black Death) itu meletup
pada dekade 1330, di suatu tempat di Asia timur atau tengah, ketika
bakteri Yersinia pestis mulai menginfeksi manusia yang digigit kutu.
Dari sana, dengan menumpang armada tikus dan kutu, wabah dengan cepat
menyebar ke seluruh Asia, Eropa, Afrika Utara, dan hanya dalam waktu
kurang dari dua tahun mencapai pesisir-pesisir Samudra Atlantik. Antara
75 juta sampai 200 juta orang mati –lebih dari seperempat populasi
Eurasia.
Wabah pes di Jawa terjadi pada Pandemik Kedua. Pada tahun yang sama
(1625) wabah menghancurkan London, Inggris, dan Amsterdam,
Belanda; masing-masing kehilangan penduduk antara 10% sampai 30%. Dari
sana, mungkin saja para pedagang membawa wabah itu masuk ke Banten,
mengingat saat itu wilayah paling barat Pulau Jawa itu menjadi tempat
perdagangan internasional, di mana beberapa negara asing memiliki kantor
dagang (loji).
Hal itu sebagaimana dinyatakan oleh Yuval bahwa kota-kota sibuk yang
dihubungkan oleh arus tiada putus pedagang, pejabat, dan peziarah
menjadi alas tumpuan peradaban manusia sekaligus menjadi lahan tumbuh
ideal patogen (parasit yang mampu menimbulkan penyakit, red.).
“Setelah kelaparan,” Yuval menyimpulkan, “musuh besar kedua kemanusiaan adalah wabah dan penyakit menular.”
(Sumber: Historia.id)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Popular Posts
-
- LAUT KIDUL Oleh : Noname Do= G (Female) - Duh waasna laut kidul ngembat paul jiga2na gambar mega bodas nangkleuk di awang2 ...
-
- BASISIR CARITA Endah basisir Carita Panorama Selat Sunda Dijugjug parawisata Datang ti mancanagara Ombak nu paudag-udag Kiki...
-
Oleh: Purwo Rubiono Mengaransemen lagu, berarti mengkonsep-ulang suatu lagu dari bentuk asli yang sudah ada sebelumnya. Hal inilah yang ...
-
SURANTANG SURINTING Cipt. Arif Zafrullah (Uloh) Batur batur yok kumpul rerageman Kula derbe sios dedolanan Sing bangkit gawe ...
-
UTI UTI URI Uti uti uri bentang bentang sinyar Uti uti uri bentang bentang sinyar Nyatu jeung pais teri kabita ku kejo anyar Kange...
-
Chord lagu KAU Candra Darusman KAU (Candra Darusman) Do=D Intro: |DMaj7 |D#Maj7/Bb |DMaj7 | Gm/A C/A G6/A G | (2x) Sing: ...
-
KURSUS MUSIK DAN VOKAL ======================= 1. Piano/Keyboard 2. Gitar Akustik 3. Bass 4. Biola 5. Vokal 5. Vokal Grup --------...
-
Partitur atau notasi lagu Hymne Guru karya Sartono dengan aransemen Alto oleh Purwo Rubiono. Lagu ini mengalami perubahan pada tahun 2007, ...
No comments:
Post a Comment