Selamat datang di blog KJB! Selamat Anda telah mendapat peunjuk dari Tuhan sehingga diarahkan menuju webblog ini, Anda orang yang terpilih

Klik to Chat Admin

Tuesday, November 24, 2015

PENINGKATAN SPIRITUALITAS

Manusia memiliki medan energi yang dibangun oleh kekuatan positif dan negatif, pikiran baik dan buruk, benar dan salah, gelap dan terang. Dualitas inilah ibarat dua titik yang menciptakan rentang energi. Namun seringkali kita terlalu dini memahami dualitas ini sehingga terjebak menjadi mempertentangkannya. Kita belajar logika sederhana, misalnya, bahwa kebaikan adalah sesuatu yang bermanfaat, sedangkan keburukan adalah sesuatu yang merugikan. Sementara itu, konsepsi untung-rugi tidak bisa melepaskan diri dari persepsi. Misalnya, premis bahwa nafsu adalah energi negatif, tentu konotasinya merugikan, tetapi akan berbeda ketika manusia tidak memiliki nafsu, misalnya nafsu makan, maka secara fisik ia akan mati. Tetapi dalam perspektif yang lain lagi, manusia dari segi jiwa tidak terbebani oleh kondisi fisik oleh karena tidak memiliki nafsu makan. Secara nilai, dualitas memang memiliki medan energi yang berbeda dan berlawanan, ini karena ketentuan yang sudah dibuat oleh Sang Maha Sumber, dimana polarisasi menjadi karma, sebab akbiat, seperti berteriak di tebing, maka teriakan itu akan kembali melalui pantulan. Oleh karena itu, perbuatan baik dan perbuatan buruk adalah dua kategori yang dapat membedakan tingkat energi spiritual. Semakin sedikit energi buruk, maka semakin tinggi tingkat spiritual seseorang. Dalam konteks peradaban, nilai baik-buruk (dualitas)menjadi parameter ketinggian suatu peradaban. Inilah inti dari apa yang disebut sebagai "kearifan". Dimana energi cinta dan kebijaksanaan selalu perbaharui di setiap era dan kelompok masarakat, lintas geografis, lintas ras, lintas zaman. Dibuktikan dengan diturunkannya utusan-utusan Sang Maha Sumber, orang-orang bijak, dan sebagainya. Dalam agama Islam terdapat pernyataan inti, bahwa agama Islam bertujuan memperbaiki perilaku manusia (akhlak). Maka pernyataan ini merupakan pernyataan yang sudah ada sejak lama dan menjadi alasan sekaligus jawaban Tuhan Yang Maha Esa kepada para malaikat ketika bertanya mengapa menciptakan Adam AS, dengan harapan tidak lagi menumpahkan darah. Kebaikan, adalah ilmu yang didapat dari belajar, belajar dari pengalaman, dari kehidupan, dengan cara mengambil hikmahnya, menyimpulkannya menjadi sari pati kehidupan yang lebih baik, yaitu lebih dekat kepadaNya. Maka dengan cara meninggalkan hal-hal buruk itulah yang akan mengangkat kita pada kedekatan dan keterhubungan kepada Sang Maha Sumber, Sang Maha Tinggi. Karena keburukan yang kita buat akan kembali pada diri kita, dan akhirnya memberatkan keterhubungan kita kepadaNya. Mari berbuat baik lebih banyak tinggalkan perbuatan buruk. Salam!

No comments:

ikuti blog ini

Follow My Blog

Popular Posts

KARYA KITA